Total Tayangan Halaman

Kamis, 12 Desember 2013

mohon waktu 1 menit , please...

Adalah Mba Lisa, petugas Kelurahan Air Hitam membawahi program Kesejahtraan Masyarakat,, pada waktu lalu berjasa dalam pembentukan Desa Siaga dan siaga Sehat Jiwa, juga dalam acara Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa.. sekarang sedang berjuang melawan Kanker..

Saya kutip kalimat dari mba Lisa " Saya ke  dr. Rudi Special Bedah Tumor, beliau kasih semangat buat saya agar tidak memikirkan sakit saya. Selain itu juga dukungan suami dan anak anak yang bikin saya mampu melawan semua,yang terpenting adalah kekuatan dan semangat dalam diri kita sendiri".    

Inilah kekuatan jiwa, semangat hidup seseorang didapatkan dari dukungan keluarga dan orang terdekat...

Mohon  bagi para pengunjung blog ini, untuk mengirimkan doa 1 menit agar Mba Lisa bisa berjuang melawan penyakit kanker yang menggerogotinya dan mudahan melalui doa kita, mba Lisa diberi kekuatan mental dan support yang berguna bagi pemulihan kesehatannya. Tiada yang Mustahil bagi orang percaya..


Terima kasih ..atas dukungan pembaca blog ini....



MATERI KADER DAN KADER KESEHATAN JIWA

 
1.           Kader
a.       Pengertian Kader
1)      Kader  kesehatan  masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
2)      Kader merupakan tenaga masyarakat  yang dianggap paling dekat dengan masyarakat (  Niken, dkk, 2009).
3)      Kader  adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat. ( Ferry dan Makhfudli, 2009).
4)      Kader kesehatan yaitu  tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara posyandu  (Fallen dan Budi, 2010)
b.      Tujuan pembentukan kader
1)        Dalam  rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakikatnya, kesehatan dipolakan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. 
2)        Keikutsertaan  masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan  adalah  atas  dasar  pemikiran bahwa terbatasnya daya dan dana dalam operasional pelayanan kesehatan akan mendorong masyarakat memanfaatkan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Pola pikir semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan. 
3)        Menurut K. Santoso (1979), kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa kegiatan yang sederhana tetapi tetap berguna bagi masyarakat kelompoknya (Ferry dan Makhfudli, 2009).
c.       Dasar Pemikiran
1)        Dari segi kemampuan  masyarakat.  Dalam rangka mesukseskan pembangunan  nasional, khususnya dibidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.
2)        Dari segi kemasyarakatan . Perilaku kesehatan pada mesyarakat tidak terlepas dari kebudayaan  masyarakat itu sendiri. Dalam upaya  menumbuhkan  partisipasi masyarakat perlu memperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat, sehingga untuk mengikutsertakan  masyarakat dalam upaya dibidang kesehatan, harus berusaha menumbuhkan  kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan sendiri dengan memperhitungkan sosial budaya setempat (Fallen dan Budi, 2010).
d.      Persyaratan menjadi kader
Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana (Niken, dkk, 2009). Proses pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, dan para pamong desa  harus  juga  mendukung (Fallen dan Budi, 2010). Hal ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan  kader. Pelatihan kader ini diberikan  kepada  para calon kader di desa yang telah ditetapkan (Niken, dkk, 2009). Persyaratan  umum  yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan kader antara lain:
1)        Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
2)        Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
3)        Mempunyai penghasilan sendiri
4)        Tinggal tetap di desa yang bersangkutan dan tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.
5)        Aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
6)        Dikenal masyarakat, diterima masyarakat dan dapat bekerja sama dengan masyarakat
7)        Berwibawa
8)        Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga. (Budi, 2010).
      Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli di atas, dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai kredibilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai membaca dan menulis, serta sanggup membina masyarakat sekitarnya. (Ferry dan Makhfudli, 2009).
e.       Peran kader
      Tugas-tugas kader meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat, tetapi hanya terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan kepada mereka. Mereka harus benar-benar menyadari tentang keterbatasan yang mereka miliki. Mereka tidak diharapkan mampu menyelesaikan semua masalah yang dihadapinya. Namun, mereka diharapkan mampu dalam menyelesaikan masalah umum yang terjadi di masyarakat dan mendesak untuk diselesaikan. Perlu ditekankan bahwa para kader kesehatan masyarakat itu tidak bekerja dalam sistem yang tertutup, tetapi mereka bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku sistem kesehatan. Oleh karena itu, mereka harus dibina, dituntun, serta didukung oleh pembimbing yang terampil dan berpengalaman (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
f.       Kader Kesehatan Jiwa
            Kader kesehatan jiwa adalah kader yang dapat membantu  masyarakat mencapai kesehatan jiwa yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan  jiwa serta  memantau  kondisi  kesehatan  jiwa  masyarakat di wilayahnya (Keliat,2007)
g.      Peran Kader Kesehatan Jiwa
      Kader kesehatan jiwa berperan  serta dalam meningkatkan, memelihara dan mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat (Keliat,2007)
h.      Tugas Pokok kader Kesehatan Jiwa
1)        Melaksanakan program Desa Siaga Sehat Jiwa
2)        Melakukan deteksi keluarga sehat, keluarga yang beresiko mengalami masalah psikososial, dan keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat
3)        Menggerakkan  individu, keluarga, dan kelompok sehat jiwa untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
4)        Menggerakkan  individu, keluarga,dan  kelompok yang beresiko mengalami masalah psikososial   untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
5)        Menggerakkan  individu, keluarga,dan  kelompok yang mengalami gangguan jiwa  untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
6)        Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok (TAK) dan rehabilitasi
7)        Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri
8)        Melakukan  rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada perawat CMHN atau puskesmas
Membuat dokumentasi kegiatan kader jiwa dan perkembangan kondisi kesehatan jiwa pasien (Keliat, 2007)




PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Proses keperawatan Kesehatan Jiwa
       Dalam  rangka mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat, digunakan pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Tahapan proses keperawatan kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :
a.         Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda yang menonjol yang mendukung adanya gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan mencakup : keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan pengkajian status mental. Jika ditemukan riwayat kejang, pengkajian dilanjutkan dengan format pengkajian epilepsi. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien serta melalui pemeriksaan.



b.        Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik diagnosis yang bersifat aktual  (gangguan kesehatan jiwa)  maupun  risiko mengalami gangguan jiwa. Jika perawat menemukan anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, maka perawat harus berhati-hati dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma di masyarakat.  Adapun diagnosis keperawatan gangguan jiwa  mencakup :
1)   Diagnosis keperawatan jiwa pada anak / remaja :
-          Resiko perilaku kekerasan
-          Risiko bunuh diri
-          Ketidakberdayaan
2)  Diagnosis  keperawatan  jiwa pada usia dewasa :
-        Harga diri rendah kronis
-    Isolasi sosial
-    Gangguan persepsi sensori :  halusinasi
-    Gangguan proses pikir : waham
-    Risiko perilaku kekerasan
-    Risiko bunuh diri
-    Defisit perawatan diri
3) Diagnosis keperawatan  jiwa pada lansia :
-    Gangguan proses pikir : pikun
-    Risiko cidera : jatuh
-     Ketidakberdayaan
-     Risiko bunuh diri
-     Gangguan pola tidur
c.         Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan  keperawatan  kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan pasien; melatih aktivitas kehidupan sehari-hari meliputi perawatan diri (kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil);  melatih sosialisasi; melatih pengendalian tanda dan   gejala; melatih  kepatuhan  minum obat (berkolaborasi dengan tim medis); terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan terapi keluarga. Dalam menyusun rencana tindakan perlu mempertimbangkan memberikan asuhan keperawatan untuk beberapa diagnosis pada satu kali pertemuan. Seluruh tindakan keperawatan dapat dilesesaikan dalam beberapa kali pertemuan dan selanjutnya mengevaluasi tanda dan gejala yang masih ada dan memvalidasi kemampuan mengatasi diagnosis yang telah membudaya. Kemampuan yang diharapkan dicapai adalah  kemampuan pasien dan keluarga. Rencana tindakan keperawatan ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan  komunitas (Keliat,2011)
1)        Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam ADL, kemampuan melakukan sosialisasi, keterampilan koping adaptif dalam mengatasi gejala serta kemampuan minum obat secara teratur.
2)        Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam mendeteksi masalah kesehatan jiwa, menetapkan pelayanan kesehatan yang digunakan, merawat dan mensosialisasikan pasien, menciptakan lingkungan yang kondusif, dan melakukan follow up secara teratur
3)        Pada tingkat kelompok difokuskan  pada kegiatan kelompok saling mendukung dalam rangka sosialisasi dan adaptasi dengan lingkungan masyarakat.
4)        Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, menggerakkan sumber-sumber yang ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga.
d.        Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat  melalui  pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah. Standar asuhan keperawatan terdiri dari tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga.  Perawat melakukan asuhan keperawatan di Puskesmas dan kunjungan rumah dengan langkah-langkah berikut :
1)        Bertemu dengan keluarga melakukan kontrak, mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga
2)        Bertemu dengan pasien, mengkaji dan mengajarkan keterampilan mengatasi    masalah. 
3)        Bertemu keluarga untuk mengajarkan keterampilan tentang cara merawat dan  mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh pasien
Demikian seterusnya, tindakan keperawatan diberikan kepada pasien secara bertahap hingga mandiri, juga kepada keluarga dengan mengajarkan keluarga cara merawat dan mengevaluasi kegiatan pasien di rumah. Jika pasien sudah mandiri maka perawatan pasien dilimpahkan kepada keluarga untuk pemantauan perkembangan kondisi pasien. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien saat ini. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan  keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan. Perawat juga memberdayakan kader kesehatan jiwa serta  tim kesehatan lain dalam melakukan kunjungan rumah (Keliat,2007)
e.         Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan  kemampuan pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah. Kemampuan yang diharapkan adalah
1)   Pasien diharapkan mampu:
-          Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
-          Melakukan sosialisasi   dengan orang lain di lingkungannya   secara bertahap          
-          Melakukan cara-cara mengendalikan gejala yang dialami secara konstruktif.
-          Minum obat secara teratur
2)   Keluarga diharapkan mampu :
a)     Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa
b)      Membuat keputusan yang tepat dalam penanganan pasien.
c)      Melakukan perawatan  pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:
d)     Membantu  pasien dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
-          Mensosialisasikan pasien dengan orang lain di lingkungannya
-          Membantu pasien dalam mengendalikan gejala yang dialami secara konstruktif
-          Membimbing pasien dalam minum obat
-          Menyediakan lingkungan yang kondusif
-          Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera
-          Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti  tetangga,  teman dekat, pelayanan kesehatan terdekat. (Keliat, 2007)