Undang-undang
no 36 th 2009 tentang Kesehatan mengatur tentang kesehatan jiwa yaitu upaya kesehatan jiwa dilaksanakan dengan berbasis
masyarakat, sehingga konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah konsep pendekatan kesehatan jiwa yang berbasis
masyarakat, satu upaya mengoptimalkan upaya kesehatan jiwa dengan
mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Upaya kesehatan jiwa
masyarakat dilaksanakan dengan prinsip holistik, komprehensif, paripurna, dan
berkesinambungan (continum) untuk seluruh usia dan berbagai masalah kesehatan
jiwa. Dalam keperawatan jiwa, konsep
sehat sakit jiwa terdiri dari konsep sehat jiwa, masalah psikososial, dan
gangguan jiwa.
Sehat jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai
bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia. Dampak
sosial akibat masalah kesehatan jiwa tersebut antara lain adalah tingginya
angka kekerasan baik di rumah tangga maupun di masyarakat, meningkatnya
kejadian bunuh diri, penyalahgunaan NAPZA pada remaja, kenakalan remaja,
masalah pendidikan, perceraian, pengangguran, kemiskinan, pemasungan, dan lain
sebagainya.
Masalah psikososial mempunyai
pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor
penyebab terjadinya gangguan jiwa (atau gangguan kesehatan lainnya). Sebaliknya
masalah kesehatan jiwa juga dapat berdampak pada lingkungan sosial individu.
Gangguan jiwa yaitu
suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi kehidupan,
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran sosial jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa
(Keliat, 2011).
Dalam
World Health Report tahun 2001, dikatakan penyebab utama disabilitas pada tahun
2000 salah satunya adalah depresi, yang
mencapai peringkat ke- 4, dibawah Infeksi respirasi bawah, kondisi
perinatal , dan HIV / AIDS , namun
diproyeksikan pada tahun 2020 Depresi akan masuk peringkat ke-2 dibawah
penyakit jantung Iskemik, menunjukkan prediksi akan terjadi permasalahan
kesehatan Jiwa yang akan meledak pada tahun 2020.
Kemudian menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI memperlihatkan bahwa rata-rata nasional gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 0,46% atau sekitar 1 juta jiwa, dan untuk gangguan mental emosional (cemas dan depresi) di atas usia 15 tahun sebesar 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk. Prevalensi tersebut bervariasi untuk setiap provinsi dan kabupaten/kota.
Prevalensi tertinggi untuk gangguan jiwa berat di Provinsi DKI Jakarta (20,3%), terendah di Provinsi Maluku (0,09 %) Prevalensi gangguan jiwa berat menurut Riskesdas 2007 di Kalimantan Timur (0,46%) tertinggi di Balikpapan (2,4 %) dan terendah di Samarinda (0,6%) dan gangguan jiwa ringan (11,6%) tertinggi di Malinau (23,6%) dan terendah Bulungan (3,6%) .
Adapun Estimasi gangguan jiwa berat di Kalimantan timur sebesar 0,13 % dan gangguan jiwa mental emosional sebesar 6,9 %, dan di kota Samarinda gangguan jiwa berat sebesar 0,6% dan gangguan jiwa ringan sebesar 4 % sehingga didapatkan angka estimasi gangguan jiwa berat di Puskesmas Juanda Samarinda dengan jumlah penduduk 33.154 , di estimasikan sebanyak 14 orang, dan yang sudah tercoverage 29 0rang , treatment gap (kesenjangan pelayanan) secara jumlah sudah tercoverage, dan estimasi gangguan jiwa ringan di Puskesmas Juanda Samarinda adalah 928 orang , dan yang baru tercoverage sebanyak 147 orang (15.8 %), treatmen gap (kesenjangan pelayanan) sebesar 781 ( 84 %)
Kemudian menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI memperlihatkan bahwa rata-rata nasional gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 0,46% atau sekitar 1 juta jiwa, dan untuk gangguan mental emosional (cemas dan depresi) di atas usia 15 tahun sebesar 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk. Prevalensi tersebut bervariasi untuk setiap provinsi dan kabupaten/kota.
Prevalensi tertinggi untuk gangguan jiwa berat di Provinsi DKI Jakarta (20,3%), terendah di Provinsi Maluku (0,09 %) Prevalensi gangguan jiwa berat menurut Riskesdas 2007 di Kalimantan Timur (0,46%) tertinggi di Balikpapan (2,4 %) dan terendah di Samarinda (0,6%) dan gangguan jiwa ringan (11,6%) tertinggi di Malinau (23,6%) dan terendah Bulungan (3,6%) .
Adapun Estimasi gangguan jiwa berat di Kalimantan timur sebesar 0,13 % dan gangguan jiwa mental emosional sebesar 6,9 %, dan di kota Samarinda gangguan jiwa berat sebesar 0,6% dan gangguan jiwa ringan sebesar 4 % sehingga didapatkan angka estimasi gangguan jiwa berat di Puskesmas Juanda Samarinda dengan jumlah penduduk 33.154 , di estimasikan sebanyak 14 orang, dan yang sudah tercoverage 29 0rang , treatment gap (kesenjangan pelayanan) secara jumlah sudah tercoverage, dan estimasi gangguan jiwa ringan di Puskesmas Juanda Samarinda adalah 928 orang , dan yang baru tercoverage sebanyak 147 orang (15.8 %), treatmen gap (kesenjangan pelayanan) sebesar 781 ( 84 %)
Data di atas menunjukkan
suatu jumlah yang besar,dimana masalah kesehatan jiwa banyak yang belum
terdeteksi, terjaring dan belum tertangani yang akan menimbulkan beban terhadap pasien sendiri,
keluarga, teman, masyarakat maupun negara. Beban akibat masalah kesehatan jiwa
dan psikososial termasuk diantaranya
karena hari-hari produktif pasien yang hilang dan menjadi beban tambahan bagi
keluarga.
Berdasarkan Dissability Adjusted Life Years (DALYs) dari World Bank tahun 2005, beban penyakit secara umum (Global Burden of Disease) yang dikontribusi akibat masalah kesehatan jiwa dan neurologis adalah sebesar 13%. Di antara penyakit tidak menular (non-communicable disease), beban akibat masalah kesehatan jiwa sebesar 22%, angka ini lebih besar daripada beban yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (21%), kanker (11%) ataupun paru (8%).
Berdasarkan Dissability Adjusted Life Years (DALYs) dari World Bank tahun 2005, beban penyakit secara umum (Global Burden of Disease) yang dikontribusi akibat masalah kesehatan jiwa dan neurologis adalah sebesar 13%. Di antara penyakit tidak menular (non-communicable disease), beban akibat masalah kesehatan jiwa sebesar 22%, angka ini lebih besar daripada beban yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (21%), kanker (11%) ataupun paru (8%).
Di
Puskesmas Juanda sendiri sudah memulai pelayanan kesehatan Jiwa sejak tahun
2011, diadakan poli jiwa tiap hari selasa dengan jumlah kunjungan tiap
minggunya rata-rata 5 orang per minggu. Kemudian tahun 2012 di wilayah kerja
Puskesmas Juanda, yaitu Kelurahan Air
Hitam mulailah digaungkan sebagai Desa Siaga Sehat Jiwa, dengan mengadakan pertemuan dengan
kader dan tokoh masyarakat, untuk memulai penghapusan stigma di masyarakat
tentang penyakit gangguan jiwa yang perlu diperhatikan karena selama ini stigma
“gila” terus melekat pada orang dengan gangguan jiwa dan hal tersebut membuat
keluarga malu dan menutupi penyakit ini.
Meskipun kerjasama lintas sektoral sudah mulai dikerjakan , namun angka kunjungan di poli belum naik secara signifikan, sehingga perlu dipikirkan strategi, sarana pelayanan, sumber daya manusia, kompetensi maupun biaya untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan jiwa di Samarinda, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Juanda yaitu dengan menggunakan pendekatan Community Mental Health Nursing (CMHN) / Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Meskipun kerjasama lintas sektoral sudah mulai dikerjakan , namun angka kunjungan di poli belum naik secara signifikan, sehingga perlu dipikirkan strategi, sarana pelayanan, sumber daya manusia, kompetensi maupun biaya untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan jiwa di Samarinda, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Juanda yaitu dengan menggunakan pendekatan Community Mental Health Nursing (CMHN) / Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas adalah
pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus
pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa)
dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan (Keliat, 2011).
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa yang memberdayakan sumber daya masyarakat, karena tidak mungkin upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat ini dilakukan oleh petugas kesehatan saja, tetapi perlu peran serta seluruh masyarakat dengan memfasilitasi peran aktif dari kader kesehatan dalam Upaya kesehatan Jiwa, dimana telah terbukti bahwa upaya pencegahan lebih baik dari pada upaya pengobatan, untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan penanganannya yang bisa dilakukan oleh petugas kesehatan bekerja sama dengan kader kesehatan jiwa dalam upaya mengatasi masalah gangguan jiwa dan derajat kesehatan jiwa dan kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan.
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa yang memberdayakan sumber daya masyarakat, karena tidak mungkin upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat ini dilakukan oleh petugas kesehatan saja, tetapi perlu peran serta seluruh masyarakat dengan memfasilitasi peran aktif dari kader kesehatan dalam Upaya kesehatan Jiwa, dimana telah terbukti bahwa upaya pencegahan lebih baik dari pada upaya pengobatan, untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan penanganannya yang bisa dilakukan oleh petugas kesehatan bekerja sama dengan kader kesehatan jiwa dalam upaya mengatasi masalah gangguan jiwa dan derajat kesehatan jiwa dan kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan.
Bantuan kader kesehatan jiwa
diperlukan untuk mendata keluarga yang sehat jiwa, beresiko mengalami masalah
psikososial, dan gangguan jiwa sehingga seluruh masalah kesehatan jiwa dapat
diatasi. Strategi yang digunakan adalah Desa Siaga Sehat Jiwa dengan
memberdayakan kader kesehatan jiwa.
Kader kesehatan jiwa sangat penting dalam masyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan jiwa yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwa serta memantau kondisi kesehatan jiwa masyarakat di wilayahnya. Kader kesehatan jiwa berperan serta dalam meningkatkan, memelihara, dan memepertahankan kesehatan jiwa di masyarakat ( Keliat, 2011)
Kader kesehatan jiwa sangat penting dalam masyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan jiwa yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwa serta memantau kondisi kesehatan jiwa masyarakat di wilayahnya. Kader kesehatan jiwa berperan serta dalam meningkatkan, memelihara, dan memepertahankan kesehatan jiwa di masyarakat ( Keliat, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar